Milenial Merawat Cagar Budaya Indonesia? BISA di Situs Ratu Boko!
Milenial yang sering kali diasosiasikan dengan generasi muda yang
kecanduan tehnologi, sepertinya mendapat tambahan keraguan dari generasi baby boomers. “Apakah generasi milenial bisa merawat warisan
leluhur nusantara berupa artefak bersejarah dan cagar budaya Indonesia?”
Ada ketakutan bila nilai peradaban nusantara runtuh karena budaya asing
gencar dilahap. Saya pribadi saat mengunjungi situs Ratu Boko, menyakini sebaliknya.
Saya percaya milenial bisa merawat cagar budaya Indonesia. Sebelum mengupas alasannya,
inilah penjelasan definisi milenial dan cagar budaya Indonesia ya!
Milenial dan Perilakunya
Perilaku milenial. Doc;akurat.co |
Istilah milenial sendiri diciptakan oleh Neil Howe dan William Strauss,
keduanya adalah penulis dan pakar sejarah. Generasi tersebut lekat pada dunia
maya dan rata-rata menghabiskan waktu tiga jam di depan layar gawai. Generasi
inilah yang membuat aplikasi sosial media mendunia, dan diakses terus menerus
baik untuk sirkulasi marketing ataupun arus informasi.
Sebenarnya tak semua baby boomer
tidak mengetahui bagaimana memanfaatkan secara mutualisme perilaku yang
merupakan kelebihan milenial tersebut. Oya baby
boomer adalah generasi yang lahir dengan rentang tahun 1946-1964. Jadi kita
bisa mengerti bagaimana bisa terjadi ketakutan karena gap waktu dengan milenial
yang lahir antara tahun 1980-2000.
Penghijauan Cagar Budaya
Penanaman perdu. Doc:Pribadi |
Dra.Tri Hartini selaku Ketua Unit Kerja Situs Ratu Boko dan Candi Ijo
Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY bahkan mengajak 250 milenial dalam
penanaman bibit tanaman (SiapDarling oleh Djarum Foundation pada 12 November)
untuk menyebarkan pentingnya penghijauan melalui sosial media mereka. Hal ini
menunjukan bahwa generasi baby boomer menyadari
bagaimana merangkul milenial.
Dalam acara penghijauan di area khusus sekitar Candi Ijo dan situs Ratu
Boko tersebut, para milenial diajak merawat dan mengetahui lebih jauh mengenai
cagar budaya. Oya sudah tahu apa yang disebut cagar budaya? Tidak usah
malu kalau memang belum mengetahui apa yang dimaksud dengan cagar budaya
tersebut.
Infografis cagar budaya. Doc: Kemendikbud |
Cagar budaya menurut undang-undang no 11 tahun 2010 adalah warisan
budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya,
Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan kawasan Cagar Budaya di darat
dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan atau kebudayaan
melalui proses penetapan.
Situs Ratu Boko
Dinding Gapura . Doc:Pribadi |
Apakah anda pernah ke pemukiman klasik yang terletak di Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Sleman DIY tersebut? Situs Ratu Boko sendiri terdapat di selatan Candi Prambanan, sekitar tiga kilometer. Dengan ketinggian 195.97 m di atas laut, reruntuhan kerajaan dari Ratu Boko (ayah dari Rara Jonggrang) diperkirakaan didirikan oleh Wangsa Syailendra pada abad ke-8
Dari kota Jogja, anda bisa menggunakan akses jalan Laksda Adisucipto serta jalan Raya Solo-Yogya menuju arah timur. Ada penunjuk jalan menuju Situs Ratu Boko jika anda sudah sampai Pasar Prambanan. Jika anda dari hotel. maka bisa memesan travel, atau ojek online untuk sampai ke Situs Ratu Boko. Saat saya ke sana, sudah ada tempat parkir khusus untuk ojek online jika anda ingin ditunggu.
Tata Pengelolaan Air Situs Ratu Boko
Bagian dalam Situs Ratu Boko. Doc:Pribadi |
Para leluhur kita sendiri bukan hanya pintar membangun bangunan berupa
candi maupun pemukiman klasik yang pada era sekarang termasuk dalam cagar
budaya. Kecerdasaan nampak juga dengan adanya sistem pengelolaan air klasik yang terdapat di
seputar situs Ratu Boko misalnya.
Situs Ratu Boko sendiri terdiri dari beberapa area antara lain Gapura utama, Candi Pembakaran, Pendapa, Paseban, Miniatur candi, Pemandian, Keputren, Gua Lanang dan Gua Wadon. Nah pada area Pendapa inilah terdapat sistem jalan air klasik atau jaladwara yang mengalirkan air dari dalam ke luar. Talud atau dinding penahan air juga bisa langsung kita lihat sebelum memasuki Gapura Utama.
Demikian juga dengan kolam-kolam penampungan air, penyaringan klasik air hujan yang bisa dikomsumsi penghuni. Sistem pengelolaan tersebut menandakan kecerdasaan leluhur kita sehingga tidak adanya sumber air di situs Ratu Boko tidak menjadi soal pada saat dihuni. Pengelola dengan para ahli konservasi juga sudah menyiapkan tata kelola air sebelum tempat wisata tersebut dibuka untuk umum.
Perawatan Situs Ratu Boko
Saluran air dan papan pelarangan. Doc:Probadi |
Senja adalah saat yang ditunggu para pengunjung untuk datang ke Situs
Ratu Boko. Saya melihat para pengelola sudah sedemikian rupa menjaga dan
merawat setiap sudut Situs Ratu Boko. Di antaranya memberi tanda peringatan
tentang pelarangan menapaki batu asli yang terletak di kanan-kiri jalur menuju
gerbang utama. Yah memang terkadang tak dihiraukan oleh pengunjung, semoga bisa
dilakukan tindakan lanjutan atau pencegahan. Demikian juga penjagaan oleh
satpam di beberapa sudut untuk mencegah terjadinya vandalism pada batu-batu
situs.
Saya datang saat jarum jam sudah menunjukan pukul tiga sore namun terik
masih menyengat. Saat itu acara penanaman perdu dan semak bunga di pelataran
jalur setapak di depan gerbang utama, dan di setiap tanah lapang yang tidak
mengganggu konservasi Situs Ratu Boko.
Tanaman tersebut juga akan menahan air hujan sehingga membantu
pengelolaan air yang sudah dibuat leluhur kita maupun oleh pengelola. Saya
sendiri terkadang memilih tidak menapaki bangunan cagar budaya baik Situs
maupun candi agar kondisi fisik cagar budaya tersebut tidak bersentuhan dengan
tubuh manusia.
Kesimpulan
Jalur menuju Gerbang Utama. Doc:Pribadi |
Dengan adanya dukungan generasi milenial dengan penghijauan, tidak
melakukan vandalism dan menyebarkan informasi positif, saya percaya bahwa cagar budaya Indonesia tidak akan runtuh. Yang diperlukan adalah langkah nyata rangkulan dari
pemangku jabatan dan pihak terkait kepada masyarakat umumnya serta generasi milenial khususnya.
Yuk kita ikut serta membantu pemerintah untuk terus menjaga Cagar Budaya.
Salah satunya dengan ikut dalam Kompetisi Blog Cagar Budaya Indonesia: Rawat
atau Musnah!” Mari suarakan pendapat dan informasimu!
Weih, aku malah tertarik pada parkir ojolnya.... Hahahaa... Kok bisa ditunggu segala
BalasHapusBisa donk, asal deal di awal.��
BalasHapusSelalu berdecak kagum dengan keindahan bangunan candi, harus dirawat dengan baik agar tidak musnah ya.
BalasHapusWah keren pada nanem pohon di situs Ratu Boko. Aku pernah makrab di sini dan seru banget acara kampus berbalut sejarah. Apalagi setelah muncul di film AADC 2 makin terkenal lah ratu boko
BalasHapusSemoga 3 bulan lagi Situs Ratu Boko makin hijau ya mbak. Biar seger kalau kita piknik kesana.
BalasHapusSeger banget jadinya pasti nanti. Pas aku ke sana, udah ijooo gitu. Asyik asyik
BalasHapusIni udah bener banget ada acara penghijauan di situs ratu boko. Soalnya lingkungannnya kering dan panas. Merawat cagar budaya adalah tugas kita bersama, semoga dengan adanya penghjauan tersebut situs ratu boko 5 tahun lagi menjadi asri dan adem
BalasHapussemoga selalu terjaga ya cagar budaya candi yg ada di Jogja
BalasHapusSitus Ratu Boko emang bagus banget sih. Dulu ke sana jaman SMA dan pemandangan dari sana... aduh... nggak bisa dideskripsiin. Keren banget! Makin rame lagi semenjak jadi destinasi wisata di AADC wkwkwkwk
BalasHapusYa ampun udah lama banget nggak pernah main lagi ke Ratu Boko, semoga tetap terjaga dan bebas dari vandalisme ya cagar budaya ini...
BalasHapusWaaahh, baru tau deh aku soal situs Ratu Boko ini
BalasHapusSemangat yaa anak-anak milenial dalam merawat cagar budaya ini! ^^
Benar sekali, generasi mudah harus dilibatkan tanggung jawab melestarikan situs situs budaya, jika tidak......wah
BalasHapus