Komik
sebagai seni ke-sembilan bidang seni rupa memang paling saya gemari sejak kecil
dari semua karya seni. Gambar-gambar tak bergerak yang terjalin oleh benang
merah cerita yang dulu kerap membuat saya enggan mengalihkan perhatian ke hal
yang lain. Dan saat Saya membaca buku Cakap Bermedia Sosial pada saat Diskusi Publik Cakap Bermedia Sosial pada 27 Mei 2016, maka lagi-lagi
Saya jatuh cinta karena bisa menyimak dengan serius walau tetap berderai tawa.
Komik yang didukung penuh oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RepublikIndonesia (KOMINFO) ternyata mendidik tanpa menggurui pembacanya.
Dengan kemasan yang menarik, bukan saja karena warna dan
jenis kertas yang dipilih namun juga ilustrasi yang segar namun sarat makna.
Koboi dengan memakai seragam pelajar sibuk mengendalikan dinosaurus yang
terlihat liar. Kulit dinosaurus bertuliskan beberapa nama yang sudah sering
digunakan dalam dunia maya.
Buku dengan 145 halaman juga memuat beberapa quote sekaligus karikatur hitam putih
dari tokoh penting yang berbenang merah tentang etika berkomunikasi. Dengan
warna cerah maka quote terlihat
menonjol tanpa terkesan norak. Para pembaca bisa memperoleh wawasan tentang
sisi positif dan efek dunia medsos sekaligus menikmati seni rupa karya anak
bangsa.
Segemtasi pembaca sendiri tidak terbatas pada anak muda namun
bisa luas meliputi pekerja kantor, ibu rumah tangga, para lansia yang merasa
prihatin akan kondisi di lingkungan yang terjadi. Pemilihan komunitas, cara
mendapat penghasilan tambahan di dunia maya yang sehat juga menjadi topik menarik
bagi masyarakat umum. Bagaimanapun juga kemajuan tehnologi memang bermata dua.
Komiknya
sendiri sederhana namun membuat jari terus bergerak ke halaman berikutnya.
Dengan pemilihan dialog yang mengena, santai dan mampu membuat Saya mengingat
apa yang terjadi di lingkungan sekitar. Kasus pornografi, judi, target
penculikan, radikalisme melalui sarana media sosial juga disenggol dalam komik
yang sangat Indonesia.
Panduan dan etika dalam berinternet yang disajikan dalam
karikatur berwarna menjadi halaman yang Saya cermati. Beberapa pasal dari UU
ITE juga dicantumkan di bagian belakang buku sebagai bahan acuan dan
pertimbangan sehingga kita bisa lebih bijak di dunia maya.
Dan memang bila buku yang notabene tidak diperjualbelikan
tersebut bisa lebih mudah didapat dan disosialisasikan dengan masif maka
terjadilah kesuksesan gerakan berinternet sehat. Segmentasi para pemuda yang
sering terbawa atau dipaksa terhanyut oleh sisi negatif lingkungan perlu
disasar terlebih dahulu.
Dari
isi komik yang mengenalkan keuntungan baik segi materi maupun rohani bila
melakukan aktivitas di medsos dengan bijak, Saya mendapati beberapa tips yang
bermanfaat. Tips tentang update status, lima langkah smart terhindar dari
pornografi, do and don'ts saat
berselancar di dunia maya menjadi bagian yang patut diketahui banyak pembaca.
Dan memang banyak bahan yang bisa dijadikan calon status di medsos dalam
jangkuan Saya.
Dan yang terpenting adalah para pengguna media sosial tetap
bisa eksis tanpa harus negatif. Salah satu aktivis media sosial sekaligus dosen
yang sudah menerapkan penggunaan media sosial dengan sehat adalah Rulli Nasrullah atau akrab dikenal dengan sebutan Kang Arul. Beliau juga menjadi salah satu editor buku Cakap Bermedia Sosial yang eksis dengan dosengalau.com.
Jika Anda memerlukan informasi lebih lanjut mengenai buku dan cara mendapatkannya bisa menghubungi
pihak yang berkompeten melalui twitter @kesrakominfo dan @kangarul. Salam Internet Cakap Cerdas Kreatif Produktif.
Posting Komentar
Posting Komentar