[Image: 3.bp.blogspot.com] |
Romansa.
Tentu,
meracik makanan khas diiringi angin dan dilindungi atap langit di daerah
asalnya adalah sebuah momen menyentuh hati dan pasti memberikan cita rasa
berbeda. Apalagi jika bahan yang diolah adalah hasil laut langsung diambil
dalam keadaan segar. Kita sudah paham pasti bahwa hasil olahan laut mempunyai
nilai gizi dan Nutrisi Untuk Bangsa.
Ah sepertinya saya memerlukan Sempoa untuk menghitung banyak timbunan nutrisi
dan gizi dalam tiap ruasnya. Tentu saya selaku
penggemar hasil laut, sudah pasti kuliner terutama berbahan ikan dan rekan sejawatnya mau jumlahnya
sekilo juga aku tandaskan bahkan tanpa nasi sebagai pelengkapnya . Itu doyan
apa lapar Vika?
[Image: topgayahidupblog.webgarden.com] |
Namun
ada sedikit dilema walau mata berbinar membayangkan romansa nan romantis
seperti bayangkanku di atas. Lebai
alias hiperbola? Tidak bagi food blogger
yang selalu jeli menangkap momen terutama makanan apalagi bisa memperbaiki gizi
tubuh atau istilah kerennya Jelajah Gizi.
[Image: topgayahidupblog.webgarden.com] |
Perasaan bernama dilema itu yang aku alami saat mendengar tiga kosa kata yaitu
Sambal Ikan Roa. Iya, karena sambel menjadi (biasanya) alternatif terahkirku
saat memilih menu kuliner. Maklum pedas menjadi kosa kata yang selalu sukses
membuat lidahku menggulung alias ketakutan. Jadi saat mengetahui salah satu
menu khas Sulawesi Utara dari web resmi Sarihusada
melalui #JelajahGizi2016 adalah Sambal Ikan Roa, saya langsung
menghitung kancing kaos. Jadi akankah aku berani mencicipi kuliner yang pedas?
[ Image: hardyminhard.wordpress.com] |
Saya bergegas mencari data melalui media online serta menodong teman yang tinggal di Sulawesi, tepatnya Palu,
mengenai Sambel Ikan Roa. Kenapa saya sedemikian tertarik? Sebenarnya mencicipi
Sambel Ikan Roa merupakan tantangan bagi
indera pencecapku, yang tak terbiasa tersentuh pedasnya cabe.Tentu sebagai
blogger, saya mencari detail baik sejarah, bahan, cara mengolah, penyajian dan
banyaknya toko online yang memasarkannya dalam bentuk kemasan.
Sarihusada |
Dan
ternyata saya akan menyesal jika melewatkan
kesempatan mengikuti Jelajah
Gizi Minahasa mencicipi Sambel Ikan Roa langsung di tanah
kelahirannya. Yang jelas lidahku
beranjak ingin mencicipi sensasi Sambel Ikan Roa. Duh, baru membayangkan dan
syukur-syukur diperbolehkan membantu meraciknya saja saya sudah terserang
romansa. Apa sih yang sudah saya temukan
dari sibuk mencari data? Mari kita baca fakta tentang Ikan Roa bersama ya:
1. Ikan
Roa atau Julungjulun sudah dikonsumsi
oleh masyarakat Sulawesi Utara secara turun temurun.
2. Mirip
Ikan Cucut karena bertubuh unik serta mulutnya berbentuk paruh panjang halus serta mengkilap serta mempunyai aroma
yang khas.
3. lkan
Roa mengandung 1,9 gram karbohidrat, energi 87 kalori, , 3,2 gram lemak dan 10,9 gram
protein.
4. Sambel Ikan Roa bisa dinikmati dengan
Ubi dan Pisang Goreng sebagai pendamping.
Sengaja aku tebalkan
hurufnya karena alternatif pendamping Sambel Ikan Roa ini membahagiakan diriku.
Sejauh yang aku ingat, selama ini hanya nasi yang menjadi teman setia dari lauk
yang kunikmati.Apalagi Pisang Goreng adalah camilan kegemaranku karena mudah
didapat dan mengolahnya. Bagimana ya rasa akhir dari perpaduan manisnya pisang
dengan pedas serta gurihnya Ikan Roa?
5. Cara
memasak Sambal Ikan Roa sebagai berikut:
a. Tangkap
Ikan Roa (Ya iyalah ditangkap dulu) bisa langsung di laut atau pasar ikan saja
biar mudah. (Gue banget biasanya tiap hari).
b. Sisir
kulit Ikan Roa dan ambil dagingnya. Haluskan dengan blender atau bisa ditumbuk
jika ingin lebih alami proses mengolahnya.
c. Sangrai
Ikan Roa hingga aroma khasnya keluar kemudian tiriskan.
d. Tumis
bumbu sesuai resep dan masukan daging Ikan Roa.
e. Dinikmati
bersama Pisang Goreng.
Jadi
apakah aku akan terbang ke Minahasa dan meracik secara langsung Sambel Ikan Roa? Lets see ya. I Do the best, God take the rest
Posting Komentar
Posting Komentar