Kecombrang, sebuah nama yang lumayan sering
Saya dengar walaupun baru sekali melihat bentuk fisiknya saat buka puasa
bersama di Kedai Nyah Tan Li pada 15
Juni 2016. Aroma dan sensasi uniknya langsung merambat dari indera pengecap
menuju rongga hidung dan ternyata tersimpan lama hingga menu spesial Kedai Nyah Tan Li tandas di piring
Saya.
Sedikit mengejutkan karena kali
pertama mencicipi olahan kecombrang, dan Saya ternyata suka bahkan doyan.
Hampir sama dengan ketahanan aroma dan rasa daun kemangi bila dimakan. Kecombrang atau Etlingera elatior selain
memiliki keindahan dari segi fisik juga mempunyai khasiat bagi kesehatan.
Manfaat yang jelas adalah menambah suplai cairan dalam tubuh, penambah energi
alami, menguatkan tulang serta meningkatkan kinerja otak
Pedas
sudah pasti bahkan wajah Pak Ang Tek Khun sampai merona dan berpeluh saat
menyantap nasi bakar kecombrang. Pisang goreng harus menyusul dilahap agar
pedasnya mereda, dan Saya tertawa terbahak-bahak melihatnya. Memang bagi Anda penyuka makanan pedas maka direkomendasikan menikmati menu yang bervarisai di Kedai Nyah Tan Li
Saya sendiri
menikmati tiap sendok Bakmi Goreng Jawa Pedas, lengkap dengan kocokan telur
goreng melimpah. Suwiran daging ayam yang menghiasai dan irisan bawang merah
goreng tentu menjadi incaran Saya. Bakmi bihun juga lembut serta mudah diangkat
dengan sendok dalam waktu singkat. Tentu Anda bisa memesan menu non pedas atau Bakmi
Rebus untuk putra-putri Anda.
Untuk minuman, Saya sarankan Teh Rempah
hangat yang menyegarkan sekaligus menyehatkan. Cocok diminum saat angin
berhembus dari sungai di seberang pendopo beratap limas yang menjadi lokasi Kedai Nyah Tan Li. Sedikit saran, akan
lebih indah lagi bila pada bibir mug teh rempah diberi asesoris irisan jeruk
atau pengaduk dari batang sereh. Jika Anda menyukai buah maka tersedia berbagai
variasi juice dengan gelas ukuran
besar.
Saat Saya mendapat kesempatan wawancara singkat dengan Bu
Anik yang merupakan istri dari Dr. Timbul Raharajo M.Hum pemilik Kedai Nyah Tan Li, ternyata benar bahwa
menu rumahan menjadi ciri khas kedai bernuansa Jawa tersebut. Dan semua menu
adalah pilihan sendiri dari kedua pemilik yang ternyata penyuka kopi Bali dan
memiliki kebun kecombrang sendiri.
Dari sekian menu yang direkomendasikan,
terdapat beberapa masakan kesukaan dari ibu yang putra sulungnya sudah kuliah
di Jerman. Masakan tersebut antara lain Nasi Goreng Pedas Kecombrang dan
Brongkos. Pak Timbul yang merupakan dosen ISI sekaligus penulis buku
"Globalisasi Seni Kerajinan Keramik Kasongan" dan "Bisnis Seni
Kerajinan Bikin Londho
Keranjingan" ternyata menyukai menu Bakmi Rebus Pedas.
Saat pertama kali sampai di areal
parkir yang luas di Kedai Nyah Tan Li,
perhatian Saya mengarah ke bangunan di sebelahnya yaitu Show Room Timboel
Keramik. Saya tertarik patung Budha yang terdapat tak jauh dari pintu utama. Di
dalam Show Room Timboel Keramik yang dihiasi pepohonan ternyata terdapat banyak
hasil seni yang ketika Saya tanyakan pada Bu Anik, sudah dipesan secara teratur
ke luar negeri dalam jumlah besar.
Bila Saya amati secara langsung, memang
karya kerajinan gerabah tersebut memang bagus kualitasnya dan dengan harga
sepadan. Jadi setelah selesai menikmati karya kuliner di Kedai Nyah Tan Li, pengunjung bisa memanjakan mata dengan seni
kriya di Show Room Timboel Keramik.
Demikian juga sebaliknya dan memang sekali
dayung tiga pulau terlampaui. Dan Saya ternyata merindukan sensasi dan aroma
kecombrang di Kedai Nyah Tan Li. Cuss segera ke Desa Wisata Kasongan Jl. RM Saptohoedoyo Bangunjiwo Bantul Yogyakarta (087734171000). Jadi kapan kita ke sana lagi kakak?
Posting Komentar
Posting Komentar